Partisipasi Wanita Korea di Pasar Kerja Meningkat!
Sebuah laporan terbaru dari Korea Development Institute (KDI) menyoroti peningkatan signifikan partisipasi wanita berusia 30an di pasar tenaga kerja Korea. Meskipun tampak positif, KDI mengingatkan peningkatan seperti ini tidak selalu berdampak baik terhadap produktivitas jangka panjang.
Dalam laporan berjudul "Latar Belakang Peningkatan Aktivitas Ekonomi Perempuan Berusia 30an dan Implikasi yang Relevan," KDI mencatat bahwa pada tahun 2022, 75 persen wanita berusia 30 hingga 34 tahun terlibat dalam kegiatan ekonomi, meningkat dari 66,2 persen pada 2017. Temuan mengejutkan lainnya adalah penurunan jumlah wanita dalam kelompok usia ini yang memiliki anak, turun dari 46,9 persen menjadi 32,3 persen, khususnya wanita dengan dua anak atau lebih mengalami penurunan drastis menjadi 13,6 persen dari 22,9 persen.
KDI menyatakan bahwa tren ini tidak unik dan mencerminkan kecenderungan serupa di ekonomi maju. Tingkat partisipasi perempuan dalam pasar tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja yang mendukung peran ibu. Meskipun peningkatan partisipasi perempuan dapat memberikan dorongan dalam jangka pendek, KDI mengingatkan bahwa hal ini mungkin berdampak negatif dalam jangka panjang, mengancam penurunan jumlah kelahiran.
"Lompatan partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja Korea erat kaitannya dengan tidak memiliki anak," kata laporan KDI.
"Partisipasi ini mungkin dapat mengatasi perlambatan produktivitas dalam jangka pendek, tetapi dapat menimbulkan masalah yang lebih besar di tahun-tahun mendatang."
Dampak jangka panjang yang mungkin mencakup perlambatan ekonomi, penurunan penerimaan pajak, dan laba untuk skema pensiun nasional.
Untuk mengatasi masalah ini, KDI menyarankan perlunya perbaikan kebijakan yang mendukung ibu bekerja sambil membesarkan anak. Di tahun 2022, Korea dihadapkan pada tantangan serius dengan tingkat kesuburan terendah di dunia, hanya 0.78 bayi yang lahir per wanita. Angka ini menurun dari 0.81 pada tahun 2021, mencatatkan level terendah sejak 1970 ketika data relevan pertama kali dikumpulkan.
Seperti dikutip dari Korea Times, tingkat kesuburan Korea juga menjadi yang terendah di antara negara-negara anggota OECD, dengan rata-rata hanya 1.58. Hal ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk mengatasi isu serius ini guna menjaga keseimbangan populasi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Sebagai solusi, beberapa langkah diusulkan, termasuk pemangkasan atau penyesuaian jam kerja bagi wanita yang memiliki bayi. Dengan pendekatan holistik, kita dapat menemukan solusi terbaik untuk menjaga produktivitas dan mempertahankan populasi di masa depan. Fleksibilitas dalam jam kerja bukan hanya mendukung karier wanita tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang seimbang dan berkelanjutan.