Realitas Biaya Tinggi Sekolah Jasago di Korea Selatan
Sebuah laporan terbaru mengungkapkan bahwa biaya menyekolahkan anak di sekolah menengah atas swasta otonom di Korea Selatan mencapai tingkat yang mengejutkan, mencapai 8,62 juta won ($6.649) pada tahun lalu. Namun, di balik angka-angka ini, ada pandangan yang menarik dan perdebatan yang tengah berkembang.
Pandangan Berbeda: Kebebasan dan Pilihan
Dikenal sebagai "jasago," sekolah menengah swasta otonom ini memberikan kebebasan dalam kurikulum, penerimaan siswa, dan pengelolaan fakultas tanpa dukungan pemerintah. Meskipun biayanya tinggi, orang tua dan pendukungnya berpendapat bahwa kebebasan ini memberikan nilai tambah yang tak ternilai.
Menurut Lee Eun-joo dari Partai Keadilan, yang mengutip data dari Kementerian Pendidikan dan Institut Pengembangan Pendidikan Korea yang didanai negara, total biaya termasuk uang sekolah, biaya masuk, biaya kamar, dan pondokan dapat mencapai lebih dari 30 juta won per siswa. Namun, para pendukung jasago percaya bahwa investasi ini sebanding dengan pendidikan berkualitas dan pilihan yang lebih luas.
Kontroversi Kebijakan Pendidikan
Keputusan untuk mengubah sekolah menengah khusus menjadi sekolah reguler mulai tahun 2025 telah menjadi kontroversi. Pemerintahan Moon Jae-in bertujuan untuk mengurangi kesenjangan dalam akses ke pendidikan menengah atas yang berkualitas, namun, pemerintahan Yoon Suk Yeol membalikkan keputusan tersebut.
Pro dan kontra mengenai kebijakan pendidikan ini telah menciptakan diskusi sengit di tengah masyarakat. Para pendukung pemerintahan Yoon Suk Yeol menganggap bahwa keberagaman sekolah menengah atas adalah kunci untuk memenuhi kebutuhan beragam siswa. Sementara itu, kritikus berpendapat bahwa kebijakan ini dapat memperdalam kesenjangan pendidikan.
Pertama Kalinya: Sekolah dengan Biaya Lebih dari 30 Juta Won
Sebuah poin menarik dalam laporan adalah fakta bahwa jasago paling mahal menghabiskan biaya 30,64 juta won per tahun, menandai pertama kalinya sebuah sekolah menengah atas melewati batas 30 juta won. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang sejauh mana biaya pendidikan dapat mencerminkan kualitas dan manfaat yang diberikan kepada siswa.
Dengan pendapatan tahunan rata-rata pekerja non-reguler di Korea Selatan sekitar 22,57 juta won, biaya ini tentu menjadi beban berat bagi sebagian orang tua. Namun, di tengah perdebatan ini, banyak yang tetap mempertahankan bahwa nilai pendidikan di sekolah swasta otonom tidak dapat diukur hanya dari segi finansial.
Sejauh mana biaya pendidikan yang tinggi sebanding dengan kebebasan dan pilihan yang ditawarkan oleh sekolah swasta otonom di Korea Selatan tetap menjadi perdebatan yang menarik, sementara masyarakat menantikan hasil dari revisi peraturan yang mungkin dilakukan pada akhir tahun ini.