Kepemimpinan Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Bergolak: Intrik dan Perpecahan Terungkap

Kepemimpinan Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Bergolak: Intrik dan Perpecahan Terungkap
Logo NIS/The Korea Herald

Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea mengalami pergejolakan di tengah meningkatnya ketegangan antara dua Korea baru-baru ini.

 

Kepala NIS Kim Kyou-hyun bersama dua wakilnya mengajukan pengunduran diri, yang langsung diterima oleh Presiden Yoon Suk-yeol pada Minggu (26/11), setelah ia melakukan kunjungan ke luar negeri.

Ketegangan dan konflik internal di dalam NIS selama setahun terakhir disebut-sebut sebagai alasan di balik pengunduran diri tersebut. Konflik terjadi antara Kim Kyou-hyun dan Kwon Chun-taek.

Sumber orang dalam NIS mengungkap pertikaian ini lebih terkait dengan urusan personal daripada profesional atau perbedaan ideologi.

Konflik personal mencuat ketika Cho Sang-joon mengundurkan diri sebagai kepala perencanaan dan koordinasi pada Oktober 2022, mengekspos ketidakharmonisan di internal NIS.

Meskipun kepemimpinan NIS terlihat stabil, namuan keputusan pada Juni untuk mencabut penunjukan sejumlah agen ton memicu ketegangan baru.

Masalah semakin kompleks ketika muncul spekulasi yang menyebut adanya mantan agen yang dekat dengan Kim Kyou-hyun untuk mendapat promosi.

"Meskipun sulit mendapatkan gambaran lengkap, kekhawatiran tentang kekosongan kepemimpinan NIS tumbuh, terutama dengan meningkatnya ketegangan antara Korea Utara dan Selatan," kata Ma Sang-yoon, seorang profesor ilmu politik.

Jurubicara Partai Demokratik Korea menyatakan keprihatinan atas risiko kekosongan kepemimpinan NIS di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua Korea. Korea Utara mengumumkan peningkatan kekuatan militer sebagai tanggapan atas penangguhan sebagian perjanjian militer tahun 2018 oleh Seoul.

Kantor kepresidenan menyatakan bahwa direktur NIS memainkan peran penting dalam memperbaiki reputasi badan intelijen tersebut. Sementara kantor mencari penggantinya, Kim Sook dan Kim Yong-hyun menjadi kandidat yang dipertimbangkan.

Dengan kekosongan kepemimpinan NIS, pertanyaan tentang kebijakan keamanan dan langkah Presiden Yoon terus muncul. Kehati-hatian dan strategi yang matang dibutuhkan untuk menjaga stabilitas di tengah ketegangan geopolitik yang semakin memanas.

Share

Seoul

Comments

Other Posts